Siapa yang tidak kenal dengan laut?. Tentunya
semua orang tahu mengenai air yang terasa asin ini. Dari lautanlah kebutuhan sebagian manusia terpenuhi. Baik itu mengenai ikan-ikan yang
dikonsumsi atau dijadikan obat, penghasil garam sebagai penyedap masakan atau
sebagai tempat dieksplorasinya minyak bumi, dan lain sebaginya. Namun, tahukah
sobat bahwa ternyata di lautan yang sangat luas itu terdapat dua lautan yang di
antara lautan itu ada batas yang tidak akan dilewati oleh masing-masing
lautan?. Hal inilah yang akan coba saya share untuk sobat blogger dan
netter sekalian. Namun kali ini saya akan menguraikan bahwa pendapat akan
keberadaan dua lautan ini berdasarkan al-Qur’an yang kemudian dibuktikan dengan
ilmu pengetahuan modern.
Allah swt berfirman:
مَرَجَ اْلبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (۱۹) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ
لَّا يَبْغِيَانِ (۲۰ )
“Dia membiarkan dua lautan mengalir
yang keduanya kemudian bertemu. Di antara keduanya ada batas yang tidak
dilampaui masing-masing” (QS. ar-Rahman : 19-20)
Di antara
ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya masing-masingnya
tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut
yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting
itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting
itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan
itu. seperti terusan Suez dan terusan Panama.
Namun menurut
sumber lain bahwa dalam kata “Barzakh” adalah mengadung arti pembatas atau pemisah. Hal
ini bukan berarti pembatas secara fisik. Kata “Maraja” secara harfiah berarti “saling
bertemu” dan bercampur. Namun ahli tafsir terdahulu belum dapat menjelaskan
arti dari dua kata tersebut, yakni keduanya bertemu dan bercampur sekaligus
terdapat pembatas di antara keduanya. Pembatas ini memiliki dua lautan,
sehingga masing-masing lautan memiliki suhu, keasinan, dan kepekatan
masing-masing. Dalam hal ini penyebutan kata “oceanolog” mungkin menjadi kata
yang tepat dalam pembahasan ini. Terdapat pembatas air yang tak terlihat antara
dua laut di lautan. Melalui pembatas itu, air dari satu lautan melewati yang
lain.
Tetapi ketika
air dari satu lautan memasuki lautan yang lain, ia kehilangan sifat khususnya
dan menjadi satu dengan air yang lain. Dengan cara ini pembatas tersebut
menjadi pemersatu transisional bagi air dan dua lautan. Fenomena ilmiah menurut
al-Qur’an inipun ditegaskan oleh Dr. William Hay yang dikenal sebagai ilmuwan
kelautan dan professor ilmu geologi di Universitas Colorado, Amerika Serikat. Fenomena
ini terjadi di beberapa tempat, termasuk pemisah antara laut Mediterania dan
laut Atlantik di Gibraltar. Laut Mediterania dan laut Atlantik berbeda
kandungan kimia dan biologisnya.
Terdapat hal
menarik bahwa al-Qur’an menginformasikan mengenai fenomena alam ini sejak 1400
tahun yang lalu, ketika segalanya masih sangat terbatas termasuk dalam hal ilmu
pengetahuan, namun baru diketahui fakta atau kebenarannya pada masa kini. Mungkinkah
seorang Rasul Muhammad saw sempat menimba ilmu kelautan? Atau menjadi professor
geologi? Tentu tidak. Beliau tetaplah seorang Rasul yang menyampaikan wahyu
kepada umatnya. Ketika masa itu belum berkembang ilmu pengetahuan yang pesat
seperti sekarang ini, maka Allah sebagai pencipta alam semesta ini tentulah
Maha Mengetahui atas apapun yang terjadi di muka bumi dan informasi ini
tentulah bukan dari seorang manusia, melainkan dari Allah, Tuhan semesta alam. Semoga
bermanfaat.
Sumber:
Einstein Aja Baca Qur’an: 43 Keajaiban Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam
Al-Qur’an, karya MD. Anisurrahman. Yogyakarta: Balqist
0 komentar:
Posting Komentar