Kini, satu detik
terasa begitu lama untukku. Waktu kian terasa lambat ku lewati. Jika aku seekor
burung, maka aku bagaikan kehilangan sebuah sayapku. Aku seolah tak mampu
terbang, dan selalu jatuh tatkala aku mencoba kembali menggapai awan putih. Aku
pun hanya mampu merangkak menggapai cahaya. Beringsut
di antara debu yang mengaliri takdirku. Ketika jiwaku terseret jasmani di
tengah hutan, maka aku sepertinya tak akan bisa menghindar dari terkaman
binatang buas. Mungkin lebih baik “hidup” dalam sebuah pencernaan hewan buas
dari pada ku menghirup sesak udara dunia. Aku tak membutuhkan mentari tuk
hangatkan jalanan terjal atau semilir angin yang menyapu dedaunan kering sisa
musim gugur, aku hanya membutuhkan sebuah sayap agar ku mampu kembali merajut
asa di tengah hamparan langit biru. Menemaniku terbang ke sana kemari menembus
awan atau menggapai bintang atau mungkin bercinta dengan rembulan yang sedang
purnama.
Tapi kini ku hanya
mampu membasuh jiwa dengan sunyi. merelakan sejumput ilalang menggelayut di
atas helaian rambut kusut. Membiarkan hati semakin usang tertelan kelam. Tak
ada cahaya…. Sekalipun sekelebat cahaya kunang-kunang. Jangkrik pun kehabisan
nada tuk menyanyikan lagu sendu. Bintang-bintang sedang sibuk bercengkerama di
langit malam.
Kalimat ini pun
semakin buram seperti kabut menyelimuti pegunungan. Tak terlihat, nyaris
menjadi buta. Hanya bagaikan gemericik air yang mengalir dan bermuara pada
lautan kebahagiaan. Biarkan ia seperti itu. biarkan ia hanyut meski bersama
sampah atau kotoran. Karena ku berharap ada secercah kejujuran hati meski
berada di antara semak belukar kemunafikan.
Masih adakah
sisa-sisa sayap burung yang jatuh dan sudi menemaniku? Jika sayap-sayap itu
menjawab, tunjukkanlah meski hanya sehelai bulu agar ku raih setitik harapan di
tengah sepasang bibir yang sulit tuk mengukir senyum.
Cukup sudah aku
terbaring dalam bahtera penuh lara. Andai ada sebuah tangan dan senyuman yang
menggapaiku dan kembali menemaniku dalam gumpalan cahaya purnama…….
25 Maret 2012, 23:26
0 komentar:
Posting Komentar