Pages

Dari Tiada Menjadi Tiada

Hilang. Itulah kata yang sering ku temui saat ini. Satu demi satu orang-orang terkasih pergi tanpa pernah bisa dijumpai lagi. Jika mereka pergi ke salah satu peta dunia ini, mungkin ada masa aku bisa menemuinya. Namun mereka pergi ke tempat yang mustahil ku datangi. Tepatnya jika aku masih berada di dunia ini. Mereka sudah pulang. Beristirahat di tempat yang sedikit pun aku tak pernah tahu seperti apa tempat itu. Kini yang aku tahu, rumah mereka hanyalah gundukan demi gundukan tanah yang tertancap batu nisan di atasnya.

Klaim JHT=Perjuangan

Kata band Dewa 19, hidup itu adalah perjuangan tanpa henti-henti. Yup, bener banget tuh. Semua yang ada di kehidupan ini emang kudu diperjuangin. Apapun itu, termasuk apa yang mau ane bahas ni. Tentang klaim JHT alias Jaminan Hari Tua buat tenaga kerja. Singkat cerita, dulunya sih JHT ini baru boleh di ambil kalo udah umur ente pada 56 tahun. Tapi, setelah pemerintah ngasih kebijakan baru di bulan September 2015, kalo dana JHT udah bisa di ambil meski ente belom umur 56 tahun, langsung dah tuh kantor BPJSTK gak pernah sepi sampe ane nulis pengalaman ini. 

Mengaplikasikan Ihsan Dalam Rona Kehidupan

Apa yang anda lakukan ketika hanya seorang diri tanpa ada seorang pun di samping anda? Tentu jika anda ahli ibadah anda dipastikan sedang berdzikir dan jika anda orang yang baik mungkin anda sedang melakukan aktifitas positif seperti membaca buku atau menulis sesuatu yang bermanfaat.
Namun jika orang tersebut adalah orang jahat, mungkin saja ia sedang merencanakan sesuatu yang jahat atau sedang mengintai situasi untuk mengambil kesempatan dalam melakukan kejahatan.
Jangankan ketika sendiri atau berdua, beramai-ramai pun jika terdapat suatu keadaan tanpa pengawasan akan terjadi sesuatu yang buruk. Sekumpulan siswa dan siswi yang tengah mengikuti ujian dalam kelas misalnya. Jika tak ada pengawas hampir dipastikan segelintir atau mungkin satu ruangan itu akan saling mencontek.
Ketika dua orang pejabat sedang bertemu dalam suatu tempat dengan sekoper uang dihadapannya, mungkin saja mereka sedang melakukan transaksi suap menyuap. Hal inilah yang kerapkali kita jumpai di media yang kemudian keduanya ditangkap dan dijadikan tersangka koruptor.
Begitu lemahnya manusia ketika tanpa pengawasan. Resistensinya begitu besar ketika dia merasa tidak ada satu orang pun yang melihat. Sehingga dengan keadaan tersebut seolah ia dapat melakukan sesuatu sekehendak hatinya.
Padahal......

Enam Belas Hari



          Sudah enam belas hari kuganti langit-langit hijau kamar menjadi sebuah bangunan berlantai dua yang penuh sesak bersama barisan orang-orang tak berdaya. Orang-orang itu seperti tengah berdemonstrasi dengan takdir. Mengaduh, menjerit, menangis, mengeluh, dan juga pasrah. Aku berjibaku bersama orang-orang itu. Melihat sejuta asa dan rasa. Merasakan beribu warna kehidupan. Aku seperti tenggelam bersama mereka. Kami seperti sekumpulan hamba-hamba yang tengah bergumul melawan keadaan antara sebuah cobaan, kasih sayang Tuhan, atau teguran karena kelalaian kami pada kehidupan.
          Kehidupan seperti tengah menunjukkan wujudnya padaku. Ia seakan berbisik pada hari-hariku, bahwa begitu pentingnya arti sebuah kehidupan ini. Meski hanya sebatas merasakan silaunya matahari yang menerobos melalui celah dedaunan atau merasakan kaki yang terlanjur basah oleh rumput yang sudah bermandikan embun sejak fajar belum menyingsing.
          Ku akui aku bukanlah Nabi dengan energi kesabaran di ambang batas manusia biasa. Terkadang aku rapuh laksana dedaunan kering yang tak berdaya melawan kemarau. aku pun dapat tumbang dihantam badai. Bersama sejuta hantaman petir dan badai, segalanya kusandarkan kekuatanku pada-Mu ya Allah. Karena hanya Kaulah satu-satunya tempat ku berteduh dari ganasnya kehidupan ini. Tegakkan kepalaku ya Allah. Seka air mataku dengan rahmatMu. Yakinkan aku bahwa hanya Kaulah yang abadi di dunia ini. Tak ada apapun yang abadi di dunia, termasuk segala kesenangan dan kesedihan di dunia ini.