Suatu
ritual peribadatan dalam agama apapun senantiasa bermuara pada suatu tujuan
yaitu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Lebih jauh Islam menekankan bahwa
suatu ibadah tidak hanya bernilai secara spiritual terhadap Tuhannya, namun
dapat mencapai sektor sosial kemasyarakatan. Hal ini dapat terindikasi dari
adanya perintah zakat sebagai bagian dari rukun Islam. Sebut saja tujuan itu
adalah takwa. Sebagaimana diketahui bahwa takwa secara terminologi berarti
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Salah
satu ibadah yang kali ini sedikit dibicarakan adalah mengenai ibadah haji.
Sebagai ibadah yang menempati posisi sebagai rukun Islam, haji menjadi suatu
kewajiban bagi seseorang yang telah mampu secara lahir maupun batin, seperti
kemampuan secara finansial juga kemampuan secara fisik. Tidak mudah memang
untuk menggapai haji yang mabrur. Butuh biaya yang tidak sedikit, keharusan
menempuh ribuan kilometer, dan dibutuhkan kondisi fisik yang prima. Tak ayal
dalam ibadah jenis ini, tidak semua orang diberikan kesempatan untuk menunaikan
ibadah haji. Karena itulah para jamaah haji disebut juga sebagai tamu Allah.
Layaknya seperti seorang tamu udangan, maka hanya yang memiliki undangan itu
sajalah yang dapat menjadi tamu Allah.
Setiap
tahun jutaan umat muslim tumpah ruah di tanah suci. Dari jutaan orang tersebut,
dikabarkan jamaah haji asal Indonesia menjadi jamaah haji dengan kuota terbesar
dari total keseluruhan jamaah dari seluruh dunia. Kebanggaan sedikit merona
dalam hati saya. Mengingat bahwa Indonesia bukanlah negara maju dengan
kesejahteraan rakyat di atas rata-rata. Namun semangat untuk menyempurnakan
rukun Islam begitu membahana dalam dada kaum muslimin Indonesia. Sering kita
mendengar bahwa tidak sedikit jamaah haji asal Indonesia yang menabung
bertahun-tahun menyisihkan pendapatan mereka demi menunaikan ibadah haji.
Rupiah demi rupiah mereka kumpulkan hingga cukup untuk digunakan sebagai biaya
ONH (Ongkos Naik Haji). Tidak hanya itu, saat ini kaum muslimin Indonesia
dihadapkan pada kenyataan bahwa membludaknya antrean pendaftaran jamaah haji
membuat para calon jamaah haji tersebut
harus menunggu hingga 8 sampai 10 tahun untuk berangkat ke tanah suci. Seperti
tidak ada jalan keluar mengatasi hal ini, para calon jamaah tersebut hanya bisa
pasrah sambil terus mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk digunakan sebagai
biaya haji kelak. Begitu banyak problem pelaksanaan ibadah haji di Indonesia.
Namun keadaan ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk menyempurnakan ajaran
agama.
Kuantitas
nyatanya tidak selamanya sejalan dengan kualitas. Menengok dari jumlah jamaah
haji asal Indonesia yang selalu menjadi “ranking 1” di Tanah Suci, menyembulkan
sejumput pertanyaan. Dengan antusiasme yang mengagumkan dari kaum muslimin
Indonesia untuk menunaikan ibadah haji, apakah hal ini menunjukkan tingkat
spiritual kaum muslimin Indonesia sedang membaik? Atau haji hanya dijadikan
ajang penyandangan gelar sosial semata?. Pertanyaan ini bukan tanpa alasan.
Melihat fenomena keadaan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya belum mengarah
kepada hal yang lebih positif. Kemandegan spiritual masih santer terasa. Para
haji yang kembali ke peraduan keluarga, tidak seluruhnya menunjukkan sikap
“kehajiannya”. Kemudian melihat dari tingkat perbuatan korupsi yang sama sekali
belum surut. Justru semakin kronis. Bukan bermaksud memandang dengan sinis atas
kaum muslimin yang berhaji, melainkan sungguh sangat disayangkan jika
perjuangan dalam melaksanakan ibadah haji tidak menelurkan sikap positif atau
bermetamorfosa menjadi seorang hamba yang lebih baik dari pada sebelum
menunaikan ibadah haji. Peningkatan dari segi kuantitas nyatanya tidak melulu
sesuai dengan kualitas. Jumlah jamaah haji yang terus mengalami peningkatan,
nyatanya tidak diiringi dengan kondisi masyarakat Indonesia untuk menuju ke
arah yang lebih positif. Padahal jika kembali kepada uraian sebelumnya, bahwa
sesungguhnya dalam setiap rangkaian ibadah dalam doktrin syariat Islam selalu
bermuara kepada peningkatan ketakwaan seseorang. Kalau sudah begini, mabrurkah
haji kaum muslimin Indonesia? Wallahu a’lam ….
0 komentar:
Posting Komentar